Mendengar nama Oshin rasanya bukan hal asing lagi, apalagi film ini sempat booming di Era 80'an sampai dengan 90'an
Film yang memang di Ilmahi dari kisah nyata seorang wanita Jepang, Mulai dari ia tumbuh hingga menjadi tua.
Oshin Asli, Ibu dari Kazuo Wada
Uniknya nama ini kini tersemat dinama panggilanku, ntah karena kebetulan terlahir dengan
mata sipit atau apalah.... Terlahir dengan nama Esy Afrianti, namun orang lebih Familiar dengan memanggilku Oshin.... di Kenal dengan nama Oshin... :-)
tapi yang jelas akulah Oshin bagi hidupku dan keluargaku, semoga aku pun bisa mengambil hal-hal baik dari kehidupan Oshin yang Asli.
OK kembali kita ke Kisah Oshin sebenarnya,...
Sinema Oshin
sangat berkesan untukku, karena film ini menceritakan kisah hidup
seorang perempuan miskin yang penuh perjuangan dan kerja keras hingga
akhirnya Ia berhasil menjadi seorang pengusaha wanita sukses di Jepang.
Film
ini berawal dari kisah Oshin kecil. Oshin adalah anak petani miskin
yang bekerja menggarap tanah milik orang lain. Walaupun miskin, Oshin
kecil adalah anak yang berpendirian kuat, rajin dan optimistis. Dia
melarikan diri dari rumah ketika Ayahnya akan menjadikannya istri atau
pekerja hiburan (lupa) oleh seorang lelaki kaya di kampungnya. Oshin
kecil kemudian bekerja di rumah keluarga juragan beras yang baik hati,
walaupun Ia telah dianggap anak sendiri, Oshin tetap bekerja keras di
rumah keluarga tersebut.
Ketika Ia dewasa, Oshin belajar menata rambut pada seorang penata rambut
yang ternama, awalnya hanya sebagai pembantu, Oshin kemudian dipercaya
untuk menjadi penata rambut. Pada saat itu untuk menjadi seorang penata
rambut, mereka harus berlatih selama bertahun-tahun baru kemudian
dipercaya menjadi asisten penata rambut. Dua tahun penuh kerja keras
Oshin akhirnya diperbolehkan menata rambut, dan Ia memiliki banyak
pelanggan setia. Selain menjadi penata rambut, Oshin juga menerima order
menjahit pakaian para pelanggannya. Setiap hari dijalaninya dengan
bekerja keras agar bisa mengirimkan uang yang cukup untuk keluarganya di
desa.
Ketika Oshin akhirnya menikah dengan seorang pengusaha tekstil yang
tampan, kehidupannya pun tidak lebih baik. Setelah bisnis tekstil milik
suaminya mengalami kebangkrutan, Oshin menjual sisa-sisa kain dari toko
suaminya di pasar, kemudian dengan uang yang terkumpul mereka membuat
toko baju seragam anak-anak.
Pada
masa perang, sepeninggal suami dan anak tertuanya, Oshin yang harus
membiayai kehidupan anak-anaknya yang lain dengan terpaksa berjualan
beras di pasar ilegal. Setelah perang usai, Oshin membuka toko ikan dan
sayur, usaha yang pernah dijalaninya dulu ketika suaminya masih hidup.
Selain berjualan di toko, setiap hari Oshin juga mendatangi
pelanggan-pelanggannya di desa lain. Usaha Oshin mulai berkembang, dan
akhirnya Ia bisa membuka toko swalayannya sendiri, yang saat itu sistem
swalayan baru masuk di Jepang. Bedanya dengan saya "Oshin" dari Air Molek, saya seorang Pegawai kantoran yang juga memiliki usahak Kue rumahan...hehehehe sama-sama berjuang untuk hidup.
Kisah perjuangan hidup Oshin
yang luar biasa ini sebenarnya banyak dialami oleh perempuan-perempuan
Indonesia, tak terkecuali di Airmolek daerah kelahiranku ini, dan agar bisa menjadi
pembelajaran untuk kita semua agar tidak mudah berputus asa dalam mengarungi samudra kehidupan.
Hidup dalam perjuangan dan ketabahan seorang wanita desa yang lugu dan miskin
bernama Oshin. Berkat kegigihan dan semangat pantang menyerah yang
dimilikinya, Oshin berhasil menjadi pengusaha kaya-raya dan memiliki
beberapa buah supermarket.
Di dalam serial yang banyak menguras
air mata itu, ada satu kisah yang membuatku terhenyak dan tak habis
pikir. Juga Diceritakan bahwa saat itu keluarga para petani di Jepang sangat
miskin. Mereka tidak mempunyai lahan sendiri, jadi hanya bertindak
sebagai buruh yang menggarap sawah milik para tuan tanah. Ketika panen
tiba, para petani ini wajib menyetorkan sebagian dari hasil panen kepada
pemilik lahan alias tuan tanah. Dan hanya tersisa sedikit beras yang
harus dibagi untuk memberi makan seluruh keluarga dan harus cukup untuk
enam bulan sampai musim panen berikutnya.
Sayangnya jatah beras
yang tersedia hanya sedikit sedangkan jumlah anggota keluarga banyak.
Oshin tinggal bersama ayah, ibu, saudara-saudaranya dan seorang nenek
(ibu dari ayah Oshin). Karena beras yang ada tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari, ayah Oshin sebagai kepala keluarga mengambil keputusan
hendak membuang ibunya ke gunung. Harapannya dengan berkurangnya jumlah
anggota keluarga, maka persediaan beras yang ada akan cukup.
Tak
percaya tapi nyata, pikiran kanak-kanakku tidak dapat mencerna hal itu.
Mengapa seorang anak, dalam hal ini ayah Oshin, bisa begitu tega
mempunyai pikiran keji seperti itu. Membuang ibunya sendiri, ibu
kandungnya, ibu yang telah melahirkan dan mengasuhnya sampai dewasa?
Tidakkah ia mempunyai rasa belas kasihan kepada ibunya? Tidakkah ia
mengingat jasa dan peluh ibunya selama dia kecil? Mengapa kemiskinan
yang mendera bisa membuat seseorang menjadi jahat, di luar batas peri
kemanusiaan? Sekejam itukah kemiskinan? Berbagai pertanyaan
melintas-lintas di kepala kanak-kanakku dan tak sanggup kujawab.
Setelah dewasa aku baru menyadari bahwa hidup itu keras dan sekeras apapun hidup tak lantas harus membuang orang tua yang telah membesarkan kita dengan segenap jiwa raganya ....
Ini usaha sampinganku...