Monday, May 27, 2013

Mengenal Kanker Indung Telur

Ternyata, indung telur (ovarium) seorang wanita pun tidak luput dari serangan kanker. Tumor ganas yang tumbuh dalam organ reproduksi ini kita kenal dengan sebutan kanker indung telur. Meski lebih sering diderita oleh para wanita yang berusia lebih dari 50, kanker ini sebenarnya dapat menyerang wanita dari kelompok usia yang lebih muda.


 
Berdasarkan jenis sel yang membentuknya, kanker indung telur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: kanker epitelial, kanker sel germinal, dan kanker stromal. Kanker epitelial ialah kanker indung telur yang bermula di permukaan ovarium dan merupakan jenis yang paling lazim ditemukan. Sedangkan kedua jenis yang lainnya lebih jarang ditemukan.
Bagaimana tanda dan gejalanya?
Berhubung tanda dan gejalanya yang tidak jelas, kanker indung telur sering kali baru terdiagnosa pada stadium yang lebih lanjut dimana massa tumor sudah mulai
menekan organ-organ di sekitarnya. Namun, tanda dan gejala kanker indung telur dapat berupa:
• Rasa tidak enak di perut.
• Gangguan saluran cerna yang terus-menerus, seperti diare, kembung, atau sembelit.
• Rasa nyeri dan berat di rongga panggul.
• Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
• Pembengkakan perut yang tidak nyeri.
• Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim.
• Mual-mual.
• Kehilangan nafsu makan.
• Sering buang air kecil.
• Sesak napas.
• Demam.
• Nyeri saat berhubungan intim.
Bagaimana kanker ini bisa timbul?
Ketika sel-sel telur menembus selubung ovarium pada saat ovulasi, selubung tersebut mengalami sedikit kerusakan –kadang-kadang bahkan sampai terjadi sedikit perdarahan. Kemudian sel-sel baru tumbuh untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak.
Kadang-kadang, sebuah sel abnormal tercipta dan sel itu pada akhirnya dapat menjadi sebuah sel kanker yang ganas. Namun, para ahli masih belum mampu memastikan faktor apa yang memicu tumbuhnya sel-sel abnormal ini.
Sel-sel kanker dapat tumbuh keluar dari ovarium serta
menyebar ke berbagai jaringan dan organ di dekatnya.
Bila kanker indung telur yang diderita oleh seorang
wanita mulai mengalami penyebaran, maka ia cenderung
untuk menyebar ke peritoneum (selaput dinding perut) dan
diafragma (sekat rongga badan).
Terkadang, sel-sel kanker juga dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Apabila
keadaan ini terjadi, maka sel-sel kanker dapat menyebar
dan tumbuh sebagai jaringan-jaringan tumor baru di
berbagai bagian tubuh yang lain.
Jadi, apa saja faktor risikonya?
Para ahli telah menemukan sederetan faktor spesifik
yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengidap
kanker indung telur jenis epitelial. Faktor-faktor
tersebut diantaranya:
• Usia:
Sebagian besar kanker indung telur mulai berkembang
setelah seorang wanita memasuki masa menopause. Lebih
kurang setengah dari kasus kanker indung telur
ditemukan pada wanita-wanita yang telah berusia lebih
dari 65.
• Riwayat reproduksi:
Para wanita yang mulai datang bulan sebelum usia 12,
tidak memiliki anak atau memilikinya setelah usia 30,
dan/atau mengalami menopause setelah usia 50,
kemungkinan memiliki risiko mengidap kanker indung
telur yang lebih besar.
• Penggunaan obat-obat
kesuburan:
Setelah melakukan serangkaian penelitian, para ahli
menemukan bahwa penggunaan obat-obat kesuburan dalam
waktu lama dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya
kanker indung telur. Apalagi bila pemakainya tidak
pernah berhasil mencapai kehamilan.
• Riwayat kanker indung
telur dalam keluarga:
Risiko mengidap kanker indung telur para wanita dapat
meningkat bila ada anggota keluarga mereka yang
mengidap kanker tersebut. Sekitar 10 persen kasus
memiliki riwayat kanker indung telur dalam keluarga.
• Riwayat kanker
payudara: Para
wanita yang pernah mengidap kanker payudara ternyata
memiliki risiko yang lebih besar juga untuk mengidap
kanker indung telur.
Sebagai informasi,
faktor-faktor risiko di atas tidak berlaku untuk kedua
jenis kanker indung telur yang lain.
Kesulitan untuk melakukan deteksi dini
Para wanita dan dokter boleh dikatakan 'buta' ketika
berbicara mengenai pemeriksaan dan deteksi dini. Pada
saat ini masih belum ada jenis pemeriksaan dan metode
deteksi terbaik untuk kanker ovarium. Hal terbaik yang
dapat dilakukan adalah menyarankan agar para wanita
melakukan pemeriksaan fisik dan panggul secara rutin
setiap tahun.
Selama suatu pemeriksaan panggul, dokter akan menilai
keadaan kedua indung telur dan rahim untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan konsistensinya. Para dokter mungkin
akan merekomendasikan pemeriksaan USG transvagina bagi
para wanita yang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan memasukkan sebuah instrumen lewat
vagina dan hasilnya ternyata cukup dapat diandalkan.
Para dokter mungkin juga akan melakukan suatu tes darah
CA-125 bagi mereka yang berisiko tinggi. CA-125
merupakan suatu senjata yang cukup ampuh untuk memonitor
apakah kanker indung telur yang telah diobati mulai
kambuh kembali. Namun hasil-hasilnya sebagai sebuah alat
pemeriksaan awal seringkali keliru dan menyesatkan.

DEFINISI
Kanker Indung Telur (Kanker Ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur).

Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium.
Kanker ovarium bisa menyebar secara langsung ke daerah di sekitarnya dan melalui sistem getah bening bisa menyebar ke bagian lain dari panggul dan perut; sedangkan melalui pembuluh darah, kanker bisa menyebar ke hati dan paru-paru.

PENYEBAB
Penyebabnya tidak diketahui.

Efek perlindungan terhadap kanker ovarium ditemukan pada wanita yang memiliki banyak anak, wanita yang kehamilan pertamanya terjadi di usia dini dan wanita yang memakai pil KB.
Sedangkan faktor resiko tejadinya kanker ovarium adalah:
• Obat kesuburan
• Pernah menderita kanker payudara
• Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium
• Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II).

GEJALA
Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah.

Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal dari kanker ovarium.

Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan.
Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun.

Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut.

Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
- Panggul terasa berat
- Perdarahan pervaginam
- Siklus menstruasi abnormal
- Gejala saluran pencernaan (perut kembung, nafsu makan berkurang, mual, munatah, tidak mampu mencerna makanan dalam jumlah seperti biasanya)
- Sering berkemih.



DIAGNOSA
Diagnosis pada stadium dini sulit ditegakkan karena kanker baru menimbulkan gejala setelah mencapai stadium lanjut dan gejalanyapun menyerupai beberapa penyakit lainnya.
Pada pemeriksaan fisik, lingkar perut bertambah atau ditemukan asites (penimbunan ciaran di dalam rongga abdomen). Pada pemeriksaan panggul diberukan massa ovarium atau massa perut.

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- Pemeriksan darah lengkap
- Pemeriksaan kimia darah
- CA125
- Serum HCG
- Alfa fetoprotein
- Analisa air kemih
- Pemeriksaan saluran pencernaan
- Laparatomi
- USG
- CT scan atau MRI perut.

PENGOBATAN
Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).

Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.

Setelah pembedahan bisa dilakukan terapi penyinaran dan kemoterapi untuk menghancurkan sisa-sisa sel kanker.

PENCEGAHAN
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.

Studi menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95 persen, dan mengurangi risiko kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium diangkat sebelum menopause. Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan, risiko kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya berkembang di lapisan tipis rongga perut yang meliputi ovarium, wanita yang pernah diangkat indung telur mereka masih bisa mendapatkan yang serupa, tetapi jarang bentuk kanker yang disebut kanker peritoneal primer.

Selain itu, profilaksis ooforektomi menginduksi menopause dini, yang dengan sendirinya mungkin memiliki dampak negatif pada kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit jantung dan kondisi lain. Jika Anda sedang mempertimbangkan setelah prosedur ini dilakukan, pastikan untuk membahas pro dan kontra dengan dokter Anda.