Dear my Beloved love......
Pagi ini aku sempat ngomel dan kesal padamu,hanya karena masalah spele...
mungkin kau merasa penat dengan kicauan kecerewetanku...
Maafkan aku, jika lisanku sering
menambah beban dan cobaan dalam hidupmu. Sama sekali tak ada niatan
dalam hatiku untuk memboroskan kata yang sia-sia, ataupun memberi celah
untuk banyak bicara yang tiada berguna.
Mungkin sempat terbersit di batinmu,
”Kalau ada kontes cerewet, pasti istriku akan jadi juaranya”, dan atau
karena talenta alamiku itu membuatmu terganggu.
Tapi yakinlah suamiku, menjadi cerewet
bukan berarti aku adalah seorang ibu yang tidak baik, tidak pula berarti
menjadi ibu yang gagal. Aku hanya bermaksud melakukan sedikit
“perubahan” untuk kebaikan keluarga kita. Aku cerewet karena keadaan
yang ”memaksaku” menjadi cerewet.
Aku terkadang harus ”senam mulut” karena
kebandelan anak-anak atau karena niat seriusku untuk memberikan batasan
demi kebaikan mereka dan engkau. Kadang aku tidak tertarik pada bahasa
yang ilmiah dan logis yang biasa kau sampaikan secara detail ketika
memecahkan suatu masalah. Tapi yang aku tahu hanyalah memberikan
perhatian dengan bahasa apa adanya yang aku mengerti lewat perasaanku.
Aku menyadari tentang pranata jiwa yang
ada dalam pola pikirmu, yang biasa mengungkapkan masalah dengan teliti
dan masuk akal, sehingga kau jarang sekali menyoal masalah yang dianggap
kecil dan kurang perlu. Namun suamiku, tolong pahamilah bahwa bagi
kebanyakan kami para wanita, masalah kecil ataupun besar tidaklah
penting, namun mengungkap masalah yang dianggap masalah itu adalah poin
pentingnya. Aku ada untuk melengkapi yang tak ada dalam dirimu:
perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan,
rahim untuk melahirkan, dan mengurusi hal-hal sepele. Hingga ketika kau
tidak mengerti hal-hal itu, akulah yang akan menyelesaikan bagiannya.
Dengan kecerewetanku, aku tak bermaksud
suka mencari kesalahan-kesalahan terhadap segala sesuatu dan tak mau
mengerti tentang banyak hal. Ini semua karena sistem jiwaku sebagai
seorang wanita yang sangat peka dengan banyak hal. Kepekaan hati tentang
kepentingan keluarga kita. Sebuah kepekaan hati yang memang telah dan
sedang terbangun dalam jiwaku sebagai wanita.
….Cerewet ini bukan berarti aku membencimu dan keluarga kita, namun sebaliknya terkadang itu menunjukkan perhatian dan kecintaanku yang lebih….
Cerewet ini bukan berarti aku membencimu
dan keluarga kita, namun sebaliknya terkadang itu menunjukkan perhatian
dan kecintaanku yang lebih. Karena itu, kumohon tetaplah menjadi suami
yang bijaksana dan pendengar yang baik, karena sebenarnya inti dari
semua itu adalah aku ingin dipahami sebagai wanita.
Jika engkau dituntut konsekuen dengan
tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, maka aku pun dituntut untuk
konsekuen menjadi seorang istri yang baik dan bijaksana. Namun karena
kekuranganku sebagai wanita, aku banyak mengungkapkan kata yang kurang
menyenangkanmu.
Suamiku yang bijak,
Pernahkah kau mendengar
“Jika lelaki berpikir tentang perasaan wanita, itu sepersekian dari hidupnya, tetapi jika perempuan berpikir tentang perasaan lelaki, itu akan menyita seluruh hidupnya.”
Karena itu pula ku sampaikan permintaan
maafku karena besarnya niatku untuk selalu membahagiakan Putra kecil kita, dan
terutama engkau, walaupun dengan hal yang mungkin kurang enak yang
bernama kecerewetan. Semoga Allah memaafkan kesalahanku dan menjadikan
pribadi yang lebih baik dan mendamaikan hati dalam mendampingimu. Walau sering aku mengeluh,kadang berpura2 meringkuk di balik selimut yang hangat seolah tidak enak badan atau sekedar ingin minta di manja dengan berpergian bersama, namun di atas itu ke utuhan rumah tangga kita itu selalu do'aku dan berharap bisa menjadi istri serta ibu yang terbaik buat putra kecil kita..............
I Love you ........... take my hand,Never let Go.........
No comments:
Post a Comment